Kasus perundungan yang terjadi di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro telah mengejutkan banyak orang, terutama setelah penemuan mayat seorang mahasiswi PPDS di kamar kosnya. Korban diduga mengalami perundungan dari sesama dokter, yang menyebabkan bunuh diri.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan di bawah ini, sebagai berikut.
Kasus Bullying PPDS
Perundungan sangat sering terjadi, namun baru-baru ini terungkap kasus yang mengejutkan banyak pihak di lingkungan medis pelaku dan korban merupakan dokter. Studi dari National Center for Biotechnology (NCBI) menemukan bahwa obat-obatan dapat menyebabkan gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan stres pasca trauma (PTSD). Seperti yang dialami mahasiswi PPDS Undip ini, korban perundungan dapat melakukan bunuh diri dalam keadaan ekstrim karena tekanan psikologis yang mereka alami sebagai akibatnya.
Psikolog mengatakan bahwa putus asa dan kehilangan dukungan sosial dapat terjadi karena tekanan di tempat kerja dan perlindungan rekan kerja, yang dapat fatal jika tidak ditangani dengan benar, seperti yang terjadi pada korban mahasiswi PPDS Undip.
1. Penyebab Terjadinya Bullying di Lingkungan Medis
Bullying di dunia medis bukanlah fenomena baru. Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
- Hierarki Ketat: Lingkungan medis memiliki struktur hierarki yang ketat berupa senioritas, di mana junior sering kali mengalami tekanan dari senior.
- Kompetisi yang Ketat: Kompetisi untuk mendapatkan posisi dan pengakuan di dunia medis bisa memicu perilaku perundungan.
- Kurangnya Dukungan Emosional: Tekanan pekerjaan yang tinggi dan ekspektasi yang besar sering kali membuat individu merasa terisolasi tanpa dukungan emosional yang memadai.
2. Dampak dari bullying
Bisa sangat luas dan berbahaya, baik bagi korban maupun lingkungan sekitar. Beberapa dampak utama termasuk:
- Gangguan Kesehatan Mental: Depresi, kecemasan, dan PTSD adalah dampak umum yang dialami korban bullying.
- Penurunan Kinerja: Korban bullying sering kali mengalami penurunan kinerja akademik atau profesional akibat stres yang berkepanjangan.
- Dampak Sosial: Bullying dapat menyebabkan korban menarik diri dari lingkungan sosial, merasa terisolasi, dan kehilangan dukungan dari rekan-rekannya.
- Bunuh Diri: Dalam kasus yang ekstrem, tekanan akibat bullying dapat mendorong korban untuk mengambil tindakan fatal seperti bunuh diri, seperti yang terjadi pada mahasiswi PPDS Undip.
3. Pencegahan Bullying di Lingkungan Medis
Untuk mencegah terjadinya bullying di kalangan medis, diperlukan upaya yang komprehensif, termasuk:
- Pendidikan tentang Bahaya Bullying
Institusi pendidikan dan rumah sakit harus menyelenggarakan program edukasi mengenai bahaya bullying dan dampaknya pada kesehatan mental.
- Kebijakan Anti-Bullying
Institusi medis perlu menetapkan kebijakan tegas terhadap segala bentuk bullying, dengan sanksi yang jelas bagi pelaku.
- Dukungan Psikologis
Penting untuk menyediakan layanan dukungan psikologis yang mudah diakses oleh mahasiswa dan profesional muda yang sering kali menjadi target bullying.

4. Penanganan Psikologis untuk Korban Bullying
Penanganan psikologis yang tepat sangat penting untuk membantu korban bullying pulih dari trauma. Beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain:
- Konseling Individu
Terapi konseling dapat membantu korban memproses pengalaman mereka dan mengembangkan strategi coping yang sehat.
- Dukungan Kelompok
Program dukungan kelompok memungkinkan korban untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari mereka yang memiliki pengalaman serupa.
- Intervensi Medis
Dalam kasus di mana korban mengalami gangguan psikologis yang parah, intervensi medis mungkin diperlukan, termasuk penggunaan obat-obatan untuk mengatasi depresi atau kecemasan.
Kasus bullying di PPDS Undip menjadi pengingat betapa pentingnya menciptakan lingkungan akademik dan profesional yang aman dan mendukung. Bullying tidak hanya merusak kesehatan mental individu, tetapi juga dapat memiliki konsekuensi fatal. Oleh karena itu, pencegahan, deteksi dini, dan penanganan yang tepat harus menjadi prioritas dalam mengatasi masalah ini di lingkungan medis.
Sebaiknya Anda juga berkonsultasi dengan psikolog agar mendapatkan edukasi dan penanganan yang terbaik terkait kesehatan mental. Jika bingung harus mulai darimana, Anda dapat berkonsultasi secara video call melalui Yesdok tanpa harus keluar rumah.
Anda juga dapat menemukan konten edukasi kesehatan, sehingga dapat membantu untuk mengatasi masalah pada kesehatan fisik dan mental Anda. Segera kunjungi platform sosial media seputar info kesehatan Yesdok, melalui akun instagram Yesdok Indonesia dan TikTok YesDok Indonesia. Konsultasi gampang dengan waktu fleksibel 24/7 dapat membantu Anda untuk sembuh.
Referensi
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8075595/
https://physiciansanonymous.org/medical-bullying-a-silent-epidemic/
https://www.detik.com/jateng/berita/d-7494146/fakta-fakta-baru-mahasiswi-ppds-undip-ditemukan-meninggal-di-kamar-kos
https://www.yorksandhumberdeanery.nhs.uk/sites/default/files/bullying_and_harassment_research_review_v7_web.pdf
