Baru-baru ini tersebar sebuah video yang dibagikan oleh akun instagram @pembasmi.kehaluan.reall yang menunjukkan seorang anak meninggal setelah dikejutkan oleh sang ayah. Penyebab kematian diduga karena mengalami kejang-kejang. Siapa sangka hal lazim yang biasa dilakukan untuk membuat anak tertawa justru membawa petaka bagi keluarganya.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasan di bawah ini, sebagai berikut.
Kejang pada Anak
Kejang pada anak terjadi ketika sel di dalam otak mengalirkan aliran listrik yang tidak beraturan secara tiba-tiba yang menyebabkan tubuh bergetar hebat. Kejang ini dapat terjadi akibat infeksi atau cedera jangka pendek. Jika penyebabnya tidak diketahui maka disebut sebagai epilepsi idiopatik.
Akan tetapi, tidak semua kejang disebut sebagai epilepsi. Hal ini dilihat dari frekuensi kejang yang dialami, misalnya jika kondisi kejang ini sudah terjadi secara berulang,
Setelah mengetahui penjelasan mengenai kejang pada anak, kira-kira kenapa anak bisa mengalami kejang?
Penyebab Kejang pada Anak
Selain aliran listrik yang tidak beraturan di dalam otak, kejang juga dapat disebabkan oleh reflek kaget yang memicu gerakan abnormal. Penyebab lainnya sebagai berikut:
- Trauma atau cedera kepala
- Komplikasi bawaan lahir
- Infeksi, seperti meningitis dan ensefalitis
- Kelainan otak sejak lahir
- Faktor genetik
Jenis-jenis Kejang pada Anak
Untuk mengetahui lebih lanjut, yuk simak jenis-jenis kejang yang mungkin terjadi pada anak:
1. Kejang Fokal
Terjadi ketika aliran listrik yang abnormal yang terjadi di satu bagian otak dan kemudian menyebar ke bagian lainnya. Sebelum terjadi kejang fokal anak Anda mungkin mengalami perubahan penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Kejang fokal terdiri dari 2 jenis:
- Kejang Fokal Sederhana: gejalanya tergantung bagian otak yang terpengaruh. Umumnya otot-otot yang lebih sering terpengaruh dan terbatas pada kelompok otot yang terisolasi. Misalnya, hanya mencakup jari-jari atau otot-otot yang lebih besar di lengan dan kaki. Ketika mengalami ini, anak Anda mungkin juga berkeringat, mual, atau menjadi pucat tetapi tidak sampai kehilangan kesadaran
- Kejang Fokal Kompleks: sering terjadi di area otak yang mengendalikan emosi dan fungsi memori (lobus temporal). Anak Anda kemungkinan akan mengalami perubahan kesadaran saat mengalami kejang jenis ini dan tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarnya. Setelah kejang, mereka akan lelah atau mengantuk.
2. Kejang Umum
Terjadi di kedua bagian otak dalam waktu yang bersamaan. Setelah mengalami kejang, anak Anda mungkin merasa lelah dan kehilangan kesadaran. Kejang jenis ini terbagi menjadi 4 jenis:
- Kejang Absen: biasa disebut dengan kejang petit mal yang paling umum terjadi. Anak yang mengalami kejang ini mungkin terlihat seperti sedang melamun. Kejang berlangsung selama 15 detik atau kurang dan dapat terjadi berkali-kali dalam sehari
- Kejang Atonik: kejang ini juga disebut serangan jatuh. Pada kejang atonik, anak Anda tiba-tiba kehilangan tonus otot dan dapat jatuh dari posisi berdiri atau tiba-tiba menundukkan kepala. Selama kejang, anak Anda akan lemas dan tidak responsif.
- Kejang Mioklonik: menyebabkan gerakan cepat atau hentakan tiba-tiba pada sekelompok otot. Kejang ini dapat terjadi beberapa kali sehari, atau selama beberapa hari berturut-turut
- Kejang Tonik-klonik Umum (GTC): sering disebut kejang grand mal. Terdapat 5 fase yang berbeda. Tubuh, lengan, dan kaki anak Anda akan menekuk (berkontraksi), memanjang (meluruskan), dan gemetar (bergetar). Ini diikuti oleh kontraksi dan relaksasi otot (periode klonik) dan periode pasca iktal. Selama periode pasca-kejang, anak Anda mungkin mengantuk, mengalami masalah dengan penglihatan atau bicara dan mengalami sakit kepala parah, kelelahan, atau nyeri tubuh.
Gejala Kejang
Gejala kejang biasanya tergantung pada jenis kejang yang dialami. Untuk itu mari kita bahas lebih lanjut!

- Kehilangan kesadaran atau pingsan
- Gerakan menyentak atau berkedut yang berulang-ulang
- Ketidakmampuan untuk berbicara dan menggerakkan bibir
- Detak jantung yang cepat
- Pernapasan cepat.
- Tubuh menjadi kaku
Selain tanda-tanda di atas, penting untuk diingat bahwa akan sulit mengenali gejala yang muncul pada bayi. Oleh karena itu, perhatikan setiap pergerakan yang berbeda dan apabila bayi Anda mengalami kejang, pastikan durasi kejangnya dan apakah kejang tersebut terjadi berulang.
Setelah kejang, anak Anda mungkin merasa lelah atau bingung tentang apa yang baru saja terjadi dan tidak memiliki ingatan tentang kejang yang terjadi hingga kejang berhenti. Sakit kepala umum terjadi setelah kejang. Tidak hanya itu, kejang pada anak juga dapat menyebabkan komplikasi lainnya. Mari kita simak penjelasannya!
Komplikasi Akibat Kejang pada Anak
Komplikasi umum epilepsi pada anak meliputi:
- Cedera fisik
- Gangguan tidur
- Kurang konsentrasi
- Depresi dan kecemasan
Jika Anda melihat tanda-tanda kejang, pastikan Anda membawa anak Anda ke tempat yang aman, seperti membaringkannya di tempat yang aman hingga kejang berakhir. Letakkan sesuatu yang lembut, di bawah kepala mereka selama kejang dan jangan mencoba menahan mereka atau menghentikan tubuh mereka agar tidak bergerak. Kejang seharusnya hanya berlangsung selama beberapa menit.
Apabila kejang terjadi secara berulang, segera konsultasikan kondisi tersebut ke dokter anak untuk mendapatkan edukasi dan penanganan yang terbaik terkait kesehatan. Jika bingung harus mulai darimana, Anda dapat berkonsultasi secara video call melalui Yesdok tanpa harus keluar rumah.
Anda juga dapat menemukan konten edukasi kesehatan, dapat membantu untuk mengatasi masalah pada kesehatan fisik dan mental Anda. Segera kunjungi platform sosial media seputar info kesehatan Yesdok, melalui akun instagram Yesdok Indonesia dan TikTok YesDok Indonesia. Konsultasi fleksibel dengan waktu 24/7 dapat membantu Anda untuk sembuh.
Referensi
https://www.webmd.com/epilepsy/epilepsy-in-children
https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/epilepsy/seizures-and-epilepsy-in-children
https://www.cincinnatichildrens.org/health/s/seizures
